Oleh: Drs. H. Priyono, M.Si.(Ketua Ta’mir Masjid Al-Ikhlas Sumberejo, Klaten Selatan; Wakil Dekan I Fakultas Geografi UMS)
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah)
Apakah arti puasa? Apakah puasa itu berarti hanya tidak makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari? Tentu saja tidak. Puasa tidak hanya menahan diri untuk tidak makan dan minum, namun lebih dari itu, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak diridhoi Allah SWT. Dengan demikian, yang dinamakan orang puasa adalah orang yang mempuasakan seluruh anggota badan dan panca inderanya dari dosa.
Maka seorang muslim yang berpuasa wajib menjauhi amalan yang merusak puasanya sehingga puasanya dapat menghantarkannya kepada ketakwaan sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Baqoroh ayat 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Namun sayangnya, betapa banyak orang yang berpuasa hanya sekedar tidak makan dan minum sedangkan perilakunya saat berpuasa tidak ada bedanya dengan saat tidak berpuasa. Berpuasa tapi masih melakukan perbuatan dosa. Yang demikian ini puasanya tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali haus dan lapar saja, sebagaimana sabda Rosulullah SAW: “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah).
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa banyak orang yang berpuasa, tapi puasanya sia-sia karena hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Ini terjadi karena banyak orang saat berpuasa dia tidak berpuasa juga dari apa yang Allah SWT haramkan, dia menganggap bahwa puasa itu hanya menahan diri dari pembatal-pembatal puasa saja (makan dan minum).
Berpuasa di bulan Ramadhan, selain menunaikan kewajiban, tentunya kita juga berharap pahala dari Allah SWT. Namun, jika puasa tidak bernilai pahala dan hanya mendapat lapar dan dahaga, tentu akan sangat mengecewakan bukan? Adapun perbuatan yang dapat merusak puasa antara lain adalah berkata dusta/berbohong, menggunjing dan sejenisnya, melakukan perbuatan yang sia-sia, dan berbuat maksiyat. Berdusta bentuknya dapat bermacam-macam seperti berbohong, memfitnah, kesaksian palsu, menipu dan lain sebagainya perbuatan yang berasal dari ucapan atau lisan. Perkataan dan tindakan dusta ini dapat merusak pahala puasa dan menjadikanya sia-sia sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan tetap mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” (HR. Bukhari).
Selain dusta, perbuatan menggunjing dan sejenisnya juga merusak puasa. Menggunjing (ghibah/ngrasani) ialah membicarakan aib seorang muslim menyebabkan puasa yang dilakukan menjadi ibadah yang sia-sia. Rasulullah SAW bersabda: “Puasa adalah perisai selama seorang yang berpuasa tidak merusaknya”. Sahabat bertanya dengan apa seseorang merusak puasanya? Beliau menjawab, “dengan kebohongan atau ghibah” (HR. Tabrani).
Melakukan kegiatan yang sia-sia juga dapat merusak puasa. Menghabiskan waktu dengan menonton televisi seharian, bermain games hingga luapa waktu, bersosmed hingga berjam-jam, canda tawa yang berlebihan termasuk hal yang sia-sia dan dapat merusak pahala puasa. Rasulullah SAW bersabda: “Puasa bukanlah dari makan, minum (semata), tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu, katakanlah: aku sedang puasa, aku sedang puasa” (HR Ibnu Khuzaimah).
Berpuasa tapi masih melakukan perbuatan maksiyat jelas akan sia-sia pausanya. Berpuasa tapi mengumbar aurat, berpuasa tapi melihat yang haram (misalnya melihat gambar/foto/video/televisi yang mengumbar aurat bahkan porno), berpuasa tapi berjudi baik off line maupun on line, dan perbuatan-perbuatan maksiyat lainnya dapat membuat puasa sia-sia.
Oleh karena itu, sebisa mungkin selama menjalankan puasa, tahanlah diri dan semua panca indera kita dari semua perbuatan maksiyat dan dosa. Jagalah lisan, mata, telinga, kaki dan tangan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Menahan hawa nafsu memang tidak mudah, tetapi bisa disiasati dengan mengisi waktu dengan membaca al-Qur’an, bersholawat, berdzikir, mendengarkan kajian Islam, berkumpul dengan teman-teman yang shalih ataupun dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang bermanfaat yang lainnya.
Mari selama puasa kita waspadai perbuatan-perbuatan yang merusak puasa agar puasa kita tidak sia-sia.
(Sumber: Jawa Pos Radar Solo)