Oleh: Drs. Priyono, M.Si. (Ketua Ta’mir Masjid Al-Ikhlas Sumberejo, Klaten Selatan; Dekan Fakultas Geografi UMS)
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (dalam perkataan dan perbuatan mereka)”. Surat At-Taubah Ayat 119
Ada dua peristiwa penting yang terjadi di kancah nasional minggu-minggu ini yang jika kita kaji secara lebih mendalam mempunyai benang merah yang kuat. Peristiwa pertama adalah operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK dengan menangkap anggota DPRD DKI Jakarta yang kemudian menyeret Dirut PT APL. Pada kasus ini, Dirut PT APL disangkakan menyuap anggota DPRD DKI terkait pembahasan Raperda tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi DKI Jakarta 2015-2035 dan Raperda tentang Rencana Kawasan Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Jakarta Utara. Peristiwa berikutnya adalah Ujian Nasional (UN) siswa SMA dan SMP. UN SMA telah dilaksanakan pada 4-6 April 2016 yang lalu, sementara UN SMP akan dilaksanakan besok tanggal 9-12 Mei 2016.
OTT KPK di atas menyiratkan bahwa negeri ini saat ini belum bebas dari korupsi, sementara UN pada hakekatnya adalah ujian integritas bagi generasi muda penerus bangsa. Korupsi dan integritas merupakan dua hal yang erat kaitannya karena korupsi akan lenyap dari bumi Indonesia jika manusia Indonesia memiliki integritas yang tinggi.
Istilah integritas berasal dari kata integer yang berarti bilangan bulat atau entitas yang lengkap. Maka integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Sementara cerminan sifat integritas adalah kejujuran.
Rasulullah SAW adalah teladan integritas. Rosulullah tidak hanya berhasil membangun integritas pribadi, tapi juga masyarakat dan bangsa. Tidak ada satupun penduduk Mekkah yang tidak mengenal Muhammad akan hal-hal yang baik di dalam dirinya. Penduduk Mekkah bahkan memberi gelar Al Amin, yang paling dipercaya, karena kuatnya integritas Muhammad muda.
Firman Allah SWT dalam Surat At-Taubah Ayat 119 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (dalam perkataan dan perbuatan mereka)”. Ayat ini merupakan perintah agar kita selalu memiliki integritas (benar dalam perbuatan dan perkataan).
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta” (HR Muslim)
Hadits tersebut mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha untuk dusta maka dusta akan menjadi karakterya. Kejujuran akan membawa orang yang jujur ke surga, sementara keburukan dusta akan membawa orang yang dusta ke neraka.
Sementara itu, saat ini rendahnya integritas menjadi salah satu masalah serius bangsa ini sehingga tak heran jika korupsi masih merajalela. Korupsi telah menjadi faktor utama yang membawa bangsa ini ke ambang kebangkrutan ekonomi di tahun 1998. Bahkan hingga kini pun meski KPK bekerja keras mengejar koruptor, praktik korupsi masih berlangsung, dan justru terindikasi semakin meluas. Oleh karena itu, pemberantasan korupsi juga perlu dilakukan mulai dari dunia pendidikan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa dahulu pelaksanaan UN dikotori kecurangan yang bahkan sering kali dilakukan secara massal. Maka sudah saatnya kita berhenti mendiamkan kecurangan di dunia pendidikan. Agar terbentuk karakter generasi masa depan yang jujur, maka momen UN juga perlu dijadikan sebagai ajang ujian integritas.
Maka tak heran jika Kemendikbud sejak 2015 menerapan nilai indeks integritas ujian nasional (IIUN) sebagai pendamping nilai UN. Indeks ini untuk mengukur pola kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan UN di sekolah. IIUN adalah teknik analisis data yang menggunakan algoritma statistik untuk mendeteksi pola kecurangan pada jawaban ujian. Di dunia akademik, alat semacam ini sudah umum digunakan dan dikembangkan, bahkan sejak 1970-an.
Tahun ini UN SMA telah berlalu, namun UN SMP masih akan diselenggarakan bulan depan. Maka perlu ditanamkan kepada generasi muda peserta UN bahwa prestasi memang penting, tapi kejujuran adalah yang utama.