Makmurkah Masjid di Dekat Rumah Anda?

Tempat kubersimpuh dihadapanMu Ya Allah
Kuberserah diri mohon ampun dan berdoa
Tempat suci bersihkan hati mendekat Ilahi
Mengharap ridhaMu sebelum menghadapMu

Kini rumah Allah megah berdiri di setiap jengkal di bumi
Tegak menjulang tinggi sebagai penanda kedekatan umatMu
Namun rumah Allah itu kini banyak masalah pemakmuran
Tidak seperti semangat saat dibangun dan didirikan.

 

Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara mayoritas muslim yang memiliki jumlah masjid dan mushola paling banyak di dunia. Populasi muslim kita juga terbanyak di dunia, mencapai 87,2 persen atau sekitar 229 juta pada tahun 2020. Jumlah masjid dan mushola kini sudah mencapai 800.000, jadi rata rata tiap 220 orang di suatu wilayah pasti ada masjidnya cuma distribusi spasialnya belum merata, Rasio kota tentu lebih banyak jumlahnya dibanding desa karena kondisi ekonomi lebih baik.

Disamping jumlahnya yang meningkat terus, hampir semua masjid dan mushola penampilan fisiknya bagus dan menarik serta dilengkapi fasilitas yang memadai. Lebih menggembirakan lagi di setiap jasa pelayanan umum seperti SPBMU, warung makan, super market disediakan tempat ibadah yang cukup bagus terutama di jalan protokol yang menghubungkan antara kota satu dengan yang lainnya. Bahkan kebanyakan bangunan masjid saat ini lebih bagus dibandingkan bangunan jamaahnya, ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk membangun tempat ibadah meningkat pesat karena motivasi religi yang dijanjikan dalam ajaran agama.

Dibalik perkembangan dan kegembiraan tersebut , ada satu pertanyaan mendasar, kenapa banyak masjid yang belum makmur ? bahkan hasil penelitian kemakmuran masjid di DIY bahwa jamaah yang memakmurkan masjid baru sekitar 11-12 persen dari kapasitas masjid. Ini artinya bahwa mereka mungkin melakukan sholatnya di rumah atau tidak berjamaah atau bahkan mereka belum menjalankan sholat atau islam abangan. Dengan demikian pembangunan masjid yang luar biasa perkembangannya belum diikuti dengan memakmurkan masjid atau meningkatkan peran masjid untuk mendekatkan diri pada sang pencipta. Ini sebuah ironi yang perlu dicari jalan keluarnya. Umat islam bergairah dalam membangaun masjid bahkan tiap RT/RW telah memiliki fasilitas tempat ibadah namun belum diikuti ghirah untuk memakmurkannya. Coba amati masjid di sekitar tempat tinggal kita, betapa sedikitnya umat islam yang melaksanakan sholat berjamaah , lebih lebih di waktu sholat dhuhur, ashar dan subuh.

Disamping itu para jamaah umumnya para generasi tua yang berumur di atas 45 tahun. Yang muda belum dekat dengan masjid tapi lebih dekat dengan tempat keramaian seperti posko keamanaan, warung makan, warung internet, hik, bergaul dengan gadget dll. Fenomena anak muda ini sudah terjadi di manapun baik di pedesaan maupun perkotaan dan tanpa mengenal waktu dan wilayah, pada hal memakmurkan masjid menjadi penciri untuk membawa agama menjadi pemimpin dunia, mengembalikan masa keemasan islam pada masanya. Jumlah jamaah di masjid sebagai simbol persatuan dan persaudaraan islam. Jadi selama jumlah jamaah masih sedikit itu berarti simbol persatuan islam belum kokoh. Maka wajarlah saatnya para pemimpin akan dipegang oleh mereka yang tidak faham agama tapi punya power termasuk materi yang membius umat islam. Maka Rosululloh pernah bersabda, besok umatku banyak akan tetapi banyak yang jadi buih artinya banyak umat islam tetapi banyak yang dimanfaatkan untuk tujuan politik tertentu.

Sehingga islam tak memenangkan persaingan politik. Maka ingatlah peringatan Rosul bahwa tanda kiamat semakin dekat. ”Di antara tanda tanda telah dekatnya kiamat adalah manusia bermegah megahan dalam mendirikan masjid.“ (HR Nasai).

Mungkin ada perbedaan persepsi kosa kata memakmurkan masjid. Sebagian mengatakan kata memakmurkan adalah membangun masjid dengan fisik yang bagus tetapi sebagian mengemukakan bahwa memakmurkan adalah mengisi masjid dengan kegiatan ritual dan sosial kemanusiaan. Masjid di zaman Nabi, tidak hanya dimanfaatkan untuk kegiatan ritual seperti sholat, zikir, pengajian, tahlil, iktikaf saja, tetapi sampai menyentuh kegiatan social misalnya pelatihan pencerdasan umat, perpustakaan, bakti sosial, santunan, balai pengobatan, bank masjid bahkan menerima tamu dan strategi perang dibicarakan di masjid. Jadi fungsi masjid lebih membumi di samping melangit. Al hasil syiar islam lebih menggema mendunia. Bekas bekas kebaikan perjuangan islam masa lalu harus ditiru untuk kemenangan islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.

Sepinya masjid dan mushola di sekitar kita adalah sebuah problem di depan mata. Oleh karenanya kita sebagai umat islam pedulikah melihat fenomena yang fenomental tersebut? Tugas berat bagi kita untuk mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat kebangkitan umat, pusat peradaban dan menjadi agenda mendesak umat islam di Indonesia. Selamat merenung dan beraksi! Allah meridhoi. (*)

 

Penulis:

  1. Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc (Dosen Fakultas Geografi UMS)
  2. Drs. Priyono, M.Si (Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Takmir Masjid Al Ikhlas Sumberejo, Klaten, Jateng)