Oleh:
1.Rustam,S.Pd,M.Pd Kons ( Rektor IKIP PGRI Pontianak,Kalimantan Barat )
2.Drs.H.Priyono,M.Si (Wakil Dekan I Fakultas Geografi UMS )
Puasa kita tinggal beberapa hari lagi tepatnya satu minggu. Genap sudah 30 hari puasa di tahun ini, terus pertanyaan mendasar berikutnya, apa yang membekas dalam diri kita mulai dari perkataan , sikap sampai perbuatan kita setelah digembleng selama satu bulan? Proses ritual yang berupa ibadah puasa dan ibadah pelengkapnya telah dilakukan dengan baik menurut tuntunan, tinggal hasilnya harus bisa membekas di bulan berikutnya seusai berlalunya bulan penuh rachmat dan ampunan. Berhasil atau tidaknya puasa bisa dilihat dari tujuan diperintahkan puasa itu untuk apa dan apakah kita sudah mencapainya. Allah memerintahkan puasa pada manusia, tidak sebrang manusia karena puasa itu sangat berat maka hanya orang yang beriman yang punya kewajiban puasa dan tujuannya agar manusia yang beriman meningkat derajat kemanusiaannya menjadi manusia paripurna yaitu manusia bertakwa. Itulah indikasi keberhasilannya, dari segi output dan outcome jika bicara managemen.
Kualitas hasil ibadah amat banyak faktor penentunya, termasuk didalamnya pemahaman filosofi beribadah yang melekat dalam dirinya. Khasanah islam mengajarkan bahwa ilmu yang kita miliki harus memiliki manfaat kepada alam seisinya artinya harus diamalkan, itulah ilmu yang bermanfaat dan bentuk amalan itu harus memiliki dasar ilmu, kemudian keduanya harus didasari keikhlasan, hanya kepada Allah , kita beribadah sesuai dengan tuntunan dalam Al Qur’an Surah Al An’an ayat 162 : “ katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”. Itulah klimaks manusia beribadah.
Kata kunci takwa itu yang jadi perhatian karena jadi penghujung surah perintah puasa. Apa ciri orang yang bertakwa ? Allahpun memberi petunjuk dalam sebuah firmannya dalam QS Ali Imran ayat 133-136 bahwa ciri orang yang bertakwa adalah orang yang berinfak baik di waktu nlapang maupun sempit, dan orang yang menahan amarahnya, memaafkan kesalahan orang lain dan orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri segera mengingat Allah lalu memohon ampun atas dosa dosanya. Ayat tersebut memadukan antara hubungan manusia dengan TuhanNYA dan hubungan antara manusia dengan sesamanya, Jadi bersifat comprehensive atau menyeluruh. Manusia harus berhubungan baik dengan Tuhannya tetapi juga memiliki hubungan mesra dengan sesama. Oleh karena itu dalam ayat itu juga diselipkan pesan Tuhan : Allah mencintai orang yang berbuat baik.
Perintah puasa demikian juga larangannya memiliki dimensi ganda, yaitu dimensi ke Tuhanan dan dimensi social karena manusia selam hidup selalu berinteraksi dengan sesamanya bahkan lingkungannya. Perintah sedekah dan zakat selam ramadhan juga memiliki dimensi social yang erat karena mengajarkan pada kepeduliaan terhadap orang lain dan menyadarkan kepada kita bahwa sebagian harta yang kita miliki adalah hak orang lain.Sifat kedermawanan atau filantropi dalam islam selalu diajarkan dan didengung dengungkan.
Sedekah dan zakat yang menjadi tuntunan Rosul dalam mengisi ramadhan, adalah cara islam untuk memupuk ukhuwah,kepedulian sesama manusia dan sekaligus memupuk kesetiakawanan serta memperkecil perbedaan si kaya dan si miskin. Rosulullah bersabda : “ Setiap hari dua Malaikat turun kepada seorang hamba, sedangkan keutamaan menolong saudara seiman, Rosulullah bersabda: Allah menolong hambaNya selama ia menolong saudaranya “( HR Muslim).
Oleh karena itu seusai ramadhan, kita selalu bercermin diri dengn menggunkan QS 3:133-136 , kita harus ringan tangan, suka membantu saudara sudara kita yang membutuhkan baik yang yang dekat maupun yang jauh, kita mengulurkan tangan terlebih dahulu untuk beri maaf sebelum mereka minta maaf, membiasakan diri bisa menahan amarah dan segera ingat kepada Allah dan mohon ampun ketika berbuat dhalim.
Masih punya waktu 11 bulan mendatang, saatnya kita implementasikan sifat kita selama ramadhan kepada bulan bulan berikutnya sebagai bukti bahwa puasa kita, ibadah kita selam bulan suci memberi perubahan yang berarti, memberi bekas pada hati kita sehingga merubah menjadi akhlak dan perilaku yang baik. Itulah buah dari ibadah puasa kita. Semoga ibadah puasa kita dan ibadah yang melekat dengan puasa kita diterima di sisi Allah swt sehingga memiliki dampak yang berarti bagi kehidupan pribadi kita dan lingkungan baik keluarga maupun lingkungan yang lebih luas. Rosul bersabda bahwa kenikmatan orang yang berpuasa adalah ketika berbuka dan ketika menghadap sang pencipta Allah swt. (*)
*Artikel ini juga pernah dimuat pada laman: https://pasundan.jabarekspres.com/2021/05/05/menikmati-lezatnya-buah-ibadah-puasa/