BANGSA Indonesia baru saja kehilangan salah satu insan terbaiknya. B.J. Habibie, presiden ketiga Republik Indonesia telah wafat Rabu kemarin. Beliau dikenal sebagai pemersatu cendekiawan muslim di Indonesia dalam wadah Ikatan Cedekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Lebih dari itu, beliau juga dikenal sebagai salah satu pemimpin dunia Islam. Kepergian B.J. Habibie merupakan duka umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Tak terhitung jasa-jasa B.J. Habibie bagi bangsa dan umat ini. Mulai dari penemuan-penemuan teknologi kedirgantaraan yang hingga kini dimanfaat secara luas di seluruh dunia, mendirikan sekolah-sekolah, memberikan beasiswa sekolah hingga kuliah bagi ribuan siswa dan mahasiswa. Dan masih banyak lagi jasa-jasa beliau bagi masyarakat ini.
Semua tindakan B.J. Habibie itu tentu akan dikenang dan dicatat dengan tinta emas oleh seluruh ummat. Tak kalah dahsyatnya adalah bahwa jasa baik beliau juga dicatat oleh malaikat sebagai amal jariyah. Jika demikian halnya, betapa bahagiannya almarhum BJ Habibie. Sebab, meski telah wafat, beliau tetap menerima aliran pahala dari amalan-amalan yang dilakukannya semasa hidup.
Amal jariyah merupakan amalan yang pahalanya terus menerus mengalir meski orang yang melakukan amalan telah wafat. Amal jariyah akan terus menghasilkan pahala yang mengalir kepada orang yang melakukannya.
Salah satu hadis yang sangat populer tentang amal jariyah adalah hadis dari Abu Hurairah yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu yang berman¬faat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW dalam riwayat lain bersabda, “sesungguhnya di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya meninggal dunia ialah ilmu yang disebarluaskann, anak soleh yang ditinggalkan, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskan, masjid yang dibangun, rumah yang dibangun untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan, sungai yang dialirkan untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkan” (HR. Ibnu Majah).
Hadis-hadis tersebut menerangkan macam-macam amal perbuatan yang tergolong dalam amal jariah. Mulai dari menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik dengan mengajarkan maupun menulis dan dipublikasikan secara luas.
Mendidik anak menjadi anak yang saleh. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang dapat memanfaatkan untuk kebaikan masyarakatnya. Kemudian membangun masjid, tempat kaum muslimin beribadah kepada Allah SWT. Membangun rumah pondokan bagi orang yang sedang bepergian demi kebaikan.
Mengalirkan air bersih ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya seperti menggali sumur di lokasi yang sangat membutuhkan air, dan menyedekahkan sebagian harta dengan penuh keikhlasan.
Semua amalan itu akan terus menerus mengalir pahalanya meski pelakunya telah wafat. Pertanyaannya, amal jariyah yang manakah yang telah Anda lakukan? Jika belum satupun amalan jariyah yang telah Anda lakukan maka sungguh amat meruginya nanti setelah wafat karena ketika telah berada di alam kubur maka terputus semua amalan.
Saat di alam barzah anak manusia tak akan mampu menambah lagi bekal pahala untuk menghadapi pengadilan akhirat. Kecuali jika memiliki amal jariyah, maka pahala akan terus bertambah di sisi timbangan amal kebaikan. Maka mari mulai sekarang berazam (bersungguh-sungguh) untuk berbuat amal yang jariyah. (*)
(*) Tulisan ini pernah dimuat di Radar Solo pada Rubrik Taklim