Oleh
1.Drs.Priyono,MSi(Dosen dan Wakil Dekan I F.Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta=UMS)
2. Khusna Furoida(Mhs Berprestasi F.Geografi UMS Tahun 2019)
Sejak diumumkan adanya virus corona masuk Indonesia di awal bulan Maret tahun 2020, beberapa orang dan lembaga terkait memulai aksinya dalam Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah sampai muncul tagar yaitu #Di rumah Aja.
Mulai dari instansi pemerintah, instansi pendidikan, industri, dan lain-lain sudah menerapkan sistem tersebut sejak Maret 2020.
Tak luput juga oleh perguruan tinggi dengan kebijakan #Di rumah Aja yang membuat aktivitas perkuliahan terhenti dan digantikan dengan sistem online.
Tentunya banyak sekali hal positif dan negatif yang dirasakan baik oleh dosen maupun mahasiswa dalam sistem online tersebut. Mahasiswa yang sudah terlanjur pulang kampung harus berusaha tetap ‘stay on’ terkait materi dan tugas meskipun terkendala sinyal, kuota untuk internet, dan lain-lain. Begitu pula oleh dosen, terutama yang senior, yang mau tidak mau harus belajar bagaimana menggunakan sistem online sebagai media pembelajaran.
Berbagai aplikasi pembelajaran dengan sistem online sudah tersedia, tinggal kita memilih aplikasi yang relevan dengan jenis materi, tinggal memilihnya dan kuota sdh disubsidi oleh Institusi bagi yang mampu, tinggal persoalan sinyal di daerah masing masing. Sebaiknya ada uji coba kemudian dievaluasi untuk menentukan jenis aplikasi yang sesuai. Misalnya PBM online dengan zoom, ini evaluasinya: Apa anda merasa puas dengan kuliah online dengan zoom, maka jawabnya, dari 72 mhs peserta Sbb
1.Puas dan sangat puas : 62 persen
2.Cukup puas :32 persen
3.Tidak puas dan kurang puas : 5,6 persen
Masalah lain yang timbul tidak hanya sampai di situ saja, tetapi beberapa perguruan tinggi dalam kalender akademiknya sudah menjadwalkan untuk diadakannya Ujian Tengah Semester (UTS) pada bulan Maret-April. Sistem UTS yang terbiasa dengan ‘di ruang’ atau sedikit ‘take home’ kini sepenuhnya take home. Baik buruk dari sistem take home dengan e-UTS juga dapat dirasakan oleh dosen maupun mahasiswa.
Akhirnya ada pergeseran dari tipe soal atau tes yang semula berbasis konsep sampai analisis, kini diseragamkan dengan bentuk take home, sehingga lebih banyak berbasis penalaran atau bisa juga disodori sebuah kasus kemudian mahasiswa diminta untuk mendiskripsikan sampai mengatasi persoalan di wilayah tersebut. Andaikan soalnya berbentuk multiple choice maka harus berbasis penalarana.
Dosen dengan evaluasi soal e-UTS harus menekankan pada tingkat pemahaman mahasiswa terkait materi yang telah diberikan juga menuntut mahasiswa untuk tetap ‘jujur’ dalam pengerjaannya meskipun #Di rumah Aja. Kenapa? Karena dengan #Di rumah Aja menjadikan mahasiswa mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada untuk mengerjakannya. Inilah yang akan menjadi ujian bagi mahasiswa. Ya, ujian integritas. Kontrol terakhir tetap ada di dosen, dimana saat mengoreksi pekerjaan mahasiswa harus memiliki kejelian dan ketelitian.
Mungkin akan ditemukan jawaban yang sama karen Cuma copy paste. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya pekerjaan tetap ditulis manual atau tangan bukan dengan ketik computer. Disamping itu basis evaluasi proses belajar mengajar tidak hanya tergantung dari satu komponen tetapi banyak komponen mulai dari tugas, diskusi, presentasi, UTS,UAS. Sehingga ranah pemahaman dari berbagai sudut bisa dicapai.
Bagaimana bisa disebut ujian integritas?
Hal tersebut dapat dibuktikan ketika beberapa soal e-uts yang tekstual maupun pemahaman dikerjakan dengan ‘acuan kerjaan teman’ yang mana harusnya dalam ujian, apapun yang kita kerjakan harus dengan pemikiran dan apa yang telah kita pelajari selama kuliah. Memang, hal tersebut tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh mahasiswa. Namun, mahasiswa perlu tahu bahwa tujuan dalam ujian adalah ‘memahami materi yang telah ia dapat’ bukan hanya ‘mencari nilai’. Mahasiswa tentunya harus bisa memiliki jiwa integritas dimanapun dalam situasi apapun.
Mungkin hal tersebutlah yang juga menjadi kekhawatiran dosen dalam sistem e-uts ini dimana dosen khawatir terkait adanya ketidakjujuran dalam pengerjaan soal. Namun, dosenpun tidak boleh berprasangka buruk terhadap hal tersebut. Hal-hal terkait ketidakjujuran tesebut dapat diatasi oleh dosen dengan memberkian soal yang berbasis pada pemahaman mahasiswa terkait materi yang telah diberikan.
Akhir kata, semoga mahasiswa dan dosen tetap dapat mempertahankan integritas dalam situasi #Di rumah Aja maupun situasi lain sehingga orientasi pembelajaran yang berbasis pemahaman materi dan ujung ujungnya pada kompetensi yang dimiliki. (*)
(*) Tulisan ini juga dimuat pada laman Pasundan Express: https://www.pasundanekspres.co/opini/efek-pandemi-integritas-mahasiswa-dan-dosen-sedang-diuji/