Bedakah antara mengajar dan mendidik? Mendidik orientasinya pada pembentukan sikap mental, kepribadian dan karakter peserta didik, yang outputnya bisa berupa disiplin , etika ,kejujuran,prestasi sedangkan mengajar lebih kepada penguasaan materi yang diberikan kepada dosen. Keduanya memang sama sama mentransfer ilmu kepada peserta didik baik siswa atau mahasiswa tapi output nya beda. Belajar pasti melalui siklus yang beraturan mulai dari input-proses-output dan outcome/pemanfaatan. Keempatnya harus mendapat sentuhan agar tercapai keberhasilan belajar. Meskipun kuliah dilaksanakan dengan daring maka sebaiknya keempat tahap itu harus dilalui dengan baik.
Minggu depan, proses belajar mengajar sudah usai dan kita sudah berada pada tahap evaluasi pembelajaran dengan ujian tengah semester(UTS) . Karena online maka UTS pun harus didesign lebih spesifik dan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Bisa penalarannya ditonjolkan, analisisnya dipertajam,studi kasus dicampakkan , yang pada endingnya setiap kompetensi bisa dicapai dengan baik.
Ujian Tengah Semester (UTS) ganjil tahun ajaran 2020/2021 jadi tantangan pula bagi dosennya. Nampaknya kini ujian benar-benar menjadi momok tersendiri bagi mahasiswa, hal tersebut karena perubahan sistem perkuliahan menjadi sistem daring tentu berdampak pada kualitas transfer ilmu .
Banyak yang masih mengeluhkan sistem perkuliahan daring masih jauh dari kata maksimal. Baik dosen maupun mahasiswa harusnya sudah bisa menyesuaikan dan membiasakan diri belajar dengan melalui vidio conference atau pertemuan online. Sudah saatnya dosen menghapus pola pikir bahwa kuliah online hanya sekadar pemberian tugas saja tanpa adanya arahan atau penjelasan terkait materi tersebut. Selain itu, rasanya kuliah online hanya berkutik pada pemberian tugas yang tiada henti dengan dateline yang beragam ada yang hanya hitungan jam, hari, minggu, dan juga bulan.
Apabila dilakukan perbandingan keefektifan antara perkuliahan daring dengan tatap muka secara langsung perbedaannya begitu signifikan. Dengan kuliah offline, jam perkuliahan mahasiswa jauh lebih terstruktur, mereka akan berkuliah sesuai dengan jam perkuliahan yang ada. Lain halnya dengan pembelajaran online terkadang mahasiswa berganti jadwal menjadi jam malam.
Masa pandemi seperti ini menjadi masa sulit untuk sebagian orang. Banyak orang tua yang kehilangan pekerjaan, oleh karenanya fokus mahasiswa juga terpecah. Mereka memutar otak dengan memanfaatkan waktu cuti kuliah akibat covid-19 untuk bekerja membantu perekonomian keluarga, belum lagi biaya untuk membeli kuota internet agar mahasiswa tetap dapat mengakses materi perkuliahan. Di sini juga terlihat jelas perbedaannya mahasiswa lebih intens apabila dilakukan pembelajaran tatap muka secara langsung.
Perkuliahan tatap muka dirasakan lebih efektif karena mahasiswa dan dosen dapat berinteraksi langsung sehingga proses transfer ilmu dapat berjalan maksimal dan materi bisa terserap dengan baik. Proses belajar mengajar(PBM) pada dasarnya bukan hanya transfer of knowledge, akan tetapi juga transfer of value, maknanya mahasiswa selalu mendapat bimbingan yang terstruktur dari dosen sehingga karakter akan lebih bisa dibentuk.
Mungkin sebagian orang bertanya-tanya beberapa kebijakan pemerintah pun terkesan tak masuk akal, terlihat sebagian besar pusat perbelanjaan sudah dibuka bahkan terdengar kabar bahwa beberapa bioskop juga sudah siap untuk beroperasi kembali. Namun, mengapa untuk pendidikan masih dilakukan secara daring?
Mungkin beberapa alasannya karena di perguruan tinggi mahasiswanya berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Dengan demikian, kita tidak tau apakah daerah tersebut menjadi daerah terdampak atau tidak. Tidak mungkin juga kita melaksanakan perkuliahan tatap muka secara langsung hanya untuk mahasiswa yang bertempat tinggal di daerah kampus saja.
Perbedaan yang sangat mencolok antara pembelajaran online dan offline terletak pada tugas yang diberikan. Ketika kuliah tatap muka secara langsung tugas yang diberikan tidak sebanyak kuliah daring. Terlebih online seperti ini pasti banyak mahasiswa yang mengalami kendala sebut saja kendala sinyal internet yang menjadi momok utama mahasiswa.
Akan tetapi, kondisi daring seperti ini tidak bisa terus-menerus dibiarkan. Mahasiswa bisa kehilangan jati dirinya sebagai seorang mahasiswa. Sekarang banyak mahasiswa yang acuh pada saat melaksanakan perkuliahan. Banyak mahasiswa yang tidak mengikuti pembelajaran online, banyak mahasiswa yang menyontek tugas yang diberikan olah dosen. Semata-mana semua itu hanya dilakukan sebagai bukti kehadiran saja tidak memperhatikan kualitas perkuliahan.
Terlebih bagi mahasiswa baru yang sedang mengalami masa peralihan dari SMA menuju bangku perkuliahan langsung dihadapkan pada situasi daring. Banyak yang merasa kaget dan belum siap, terlebih lagi mereka harus melaksanakan praktikum yang juga dilakukan secara online melalui platform google meet atau zoom. Di sini beberapa materi praktikum mengalami perubahan bahkan ada materi yang tidak dapat dilaksanakan karena harus terjun langsung ke lapangan. Tidak hanya itu kondisi daring ini memaksa wisudawan untuk ditunda proses wisudanya, bahkan beberapa universitas terpaksa melaksanakan wisuda secara daring. Jerih payah yang dirasakan saat berkuliah harus ditutup dengan acara wisuda daring.
Semua merasakan dampak dari perkuliahan daring, tidak hanya mahasiswa saja, akan tetapi dosen dan orang tua juga merasakan dampaknya. Harapannya semoga semester depan perkuliahan sudah dapat dilaksanakan secara tatap muka langsung, agar kegiatan perkuliahan dpt berjalan secara maksimal.