Suka Duka Guru Mengajar di Masa Pandemi Covid-19

Satu tahu sudah berlalu, namun pandemi covid-19 hingga saat ini, masih belum menunjukkan tanda-tanda akan menghilang. Apakah mau merayakan hari ulang tahunnya yang kedua ?Di sejumlah daerah, angka kasus positif masih tinggi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut. Penerapan perilaku 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) dan vaksinasi menjadi upaya utama untuk menekan angka pasien positif, disamping masih diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat. Presiden Joko Widodo sudah mengingatkan agar kita tidak mensepelekan covid-19 karena meskipun grafik telad ada kecenderungan melandai akibat vaksinasi, akan tetapi kita belum aman , lebih lebih jelang mudik lebaran, sangat rawan kerumunan, pelanggaran prokes. Mobilitas penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan  harus diminimalisir untuk menekan sebaran covid yang belum aman.

Tingginya angka kasus positif, menjadikan himbauan jaga jarak atau physical distancing maupun karantina mandiri masih membuat banyak orang harus bekerja dan belajar di rumah. Kondisi tersebut  mengubah banyak perilaku masyarakat, terutama di sektor pendidikan. Kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka secara langsung di sekolah , kini masih harus dilaksanakan secara daring dengan pembelajaran  jarak jauh. Terhitung sejak akhir maret 2020 hingga saat ini, semua aktivitas belajar dan mengajar dilakukan tidak secara tatap muka di sekolah.

Selama pandemi covid-19, guru dan siswa harus berinteraksi secara online atau daring. Pembelajaran daring bertujuan agar anak bisa belajar di rumah saja untuk mencegah terpapar virus corona dan memutus mata rantai penyebarannya agar tidak muncul kluster baru, kluster sekolah. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) tersebut sempat menuai reaksi dari banyak pihak, mulai siswa, orang tua murid, termasuk guru.

Pembelajaran daring  ternyata bagi guru, ada sukanya karena tidak perlu datang ke sekolah/kampus bisa melaksanakan tatap muka virtual dan dalam durasi mengajar yang disediakan kita bisa mengeksplore  kemampuan peserta didik melalui diskusi klas lewat schoology. Disamping itu , bila kita menggunakan aplikasi schoology, bisa melaksanakan kegiatan dalam room yang berbeda dalam waktu yang bersamaan dan bisa mengelola kelas kapasitas 100 atau dua klas dalam jam yang sama.

Disamping suka tapi juga berbalut duka karena pembelajaran secara daring tidak bisa efektif dan maksimal. Terlebih lagi, pembelajaran jarak jauh tersebut dilakukan tanpa adanya persiapan yang benar-benar matang. Penerapan pelaksanaan PJJ baru kali ini dilaksanakan dan belum ada pelatihan sebelumnya. Hal ini tentunya membutuhkan persiapan yang tidak mudah. Di awal pelaksanaan PJJ banyak kendala yang muncul, diantaranya ketersediaan smartphone yang dimiliki siswa. Masih banyak siswa yang tidak mempunyai smartphone yang dapat mendukung terlaksananya pembelajaran dengan sistem daring.

Keterbatasan kuota yang dimiliki siswa juga menjadi kendala yang tidak bisa dihindari, meskipun pada akhirnya pemerintah melalui Kemendikbud menyalurkan bantuan kuota internet, tetapi tidak semua siswa memperoleh, masih ada sejumlah siswa yang tidak mendapatkan kuota dari pemerintah. Hal lain yang juga menjadi kendala utama adalah masalah sinyal, banyak siswa terutama yang tinggal di pelosok yang tidak dapat terjangkau oleh jaringan internet. Hal ini tentunya membuat siswa tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara daring

Selain kendala teknis yang memang sulit untuk dihindari, dalam penyampaian materi  oleh gurupun, tetap mengalami kendala. Penyampaian materi tanpa tatap muka langsung, masih kurang optimal dan siswa susah menyerap maksud dari pembelajaran yang disampaikan.

Guru juga pastinya kesulitan untuk memantau siswa satu-satu. Penyampaian materi selama PJJ dapat diberikan langsung dengan mempergunakan aplikasi video conference seperti zoom, google meet. Namun tidak jarang pada saat pembelajaran banyak siswa yang hanya sekedar ikut saja, tetapi tidak menyimak penjelasan guru, dengan mematikan audio maupun videonya. Fenomena ghosting ini telah merata dan perlu mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran berlangsung seperti dipresensi secara sampel, ditanya beberapa orang kemudian diberi apresiasi atau dalam bentuk lain bahwa mereka yang aktif berdiskusi dan kerjakan tugas, berapa persen dst, harus ada sentuhan.

Selain materi, faktor penilaian siswa juga menjadi kendala tersendiri. Selama PJJ siswa masih susah untuk bisa mengumpulkan tugas yang diminta guru sesuai waktu. Padahal untuk penilaian, tolok ukurnya pastinya berbeda dengan pembelajaran tatap muka, keaktifan siswa dalam pembelajaran juga menjadi pertimbangan. Pada saat PJJ, siswa yang penting bersedia mengumpulkan tugas yang diberikan. Kemudian, antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran secara online hal itu juga menjadi penilain tersendiri. Guru juga kesulitan untuk menilai dan mengetahui kemampuan siswa, karena ketika siswa mengerjakan tugas ataupun mengerjakan ulangan, bukan tidak mungkin siswa mempergunakan bantuan, baik itu menggunakan mesin pencari ataupun meminta bantuan dari orang lain. Sehingga nilai yang diperoleh tentu bukan hasil murni dari siswa yang bersangkutan.

Meskipun banyak kendala yang dihadapi, hal tersebut tentunya harus menjadi pemantik bagi guru agar dapat memberikan pembelajaran dengan lebih baik. Dengan bekerja dari rumah, tentunya akan banyak waktu untuk bisa lebih mengeksplorasi penggunaan model pembelajaran, media maupun pembuatan bahan ajar yang tepat dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa yang menurun di masa PJJ berlangsung. Selama masa pandemi, banyak kegiatan webinar yang dapat diikuti oleh guru untuk mengembangkan kemampuan diri yang dibarengi pengembangan penguasaan teknologi. Hal yang tentunya sngat penting dimiliki oleh guru pada masa ini, agar kendala yang dihadapi di masa pandemi dapat mudah diatasi. Tiada hari tanpa kendala dalam pembelajaran, menjadikan kreativitas guru meningkat untuk meminimalisir hambatan dan tak pernah berpuas diri dalam mengajar menjadi pemantik peningkatan kualitas pembelajaran. (*)

 

Penulis: 
1. Yulia Enshanty, S Pd ( Guru Geografi SMAN 1 Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
2. Drs.H.Priyono,M.Si ( Wakil Dekan I Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Kolumnis Kolom Taklim Radar Solo)

*Artikel ini juga dimuat pada laman: https://pasundan.jabarekspres.com/2021/05/06/suka-duka-guru-mengajar-di-masa-pandemi-covid-19/